Skip to main content

Tiga Puluh Pertamaku

Aku bersimpuh di atas selembar kain yang menjadi saksi, betapa lemahnya seorang hamba. Tiga puluh tahun sudah, nikmat kehidupan itu aku rengkuh. Secara utuh, aku miliki sebagai titipan Nya. Sungguh banyak hal yang telah terjadi. Suka duka, kesenangan, kepayahan, hingga rasa syukur. Rapalanku masih sama, seperti belasan tahun lalu, saat aku benar-benar mempelajari dan kemudian merumuskan mantra yang ku ucapkan berulang kali dalam doaku. Mungkin sekarang, sedikit bertambah. Duniaku, tidak lagi hanya tentang diriku. 



Hari ini, aku mengambil cuti. Niatnya untuk mengerjakan setumpuk tugas kuliah. Nyatanya aku hanya bermalasan, menikmati waktu cuti. Kapan lagi. Ku sempatkan menyetrika pakaian yang sudah beberapa hari dipindahkan dari tiang jemurnya, dan memasak ketan yang akan dimakan dengan buah mangga segar. Orang menyebutnya Mango Sticky Rice. Tentu saja, aku masih harus menjawab satu-dua pesan mengenai pekerjaan. 

Rasanya, sudah lama sekali tidak menulis. Inginku, bukan hanya sekadar refleksi yang kerap kali cukup berat, sesekali menulislah hal yang lucu dan menyenangkan. Seperti cerita bahagia saat bulan madu ke Lombok, atau kesenangan lainnya. Tapi, kenapa ya ada kecenderungan tidak untuk mengabadikan momen-momen bahagia itu secara detail dalam tulisan?

Tiga puluh pertamaku. Berapa sisanya ya? Semoga selalu diberikan kenikmatan dalam ibadah. Kenikmatan dalam berdoa, dan tentu kenikmatan dalam menjalani hidup. Apa pun cita-citaku saat ini, semoga selalu membawaku pada jalan yang penuh dengan ridho Nya. 

Aku masih seperti yang dulu, tak ingin berpangku, dan tak ingin diberikan beban tambahan. Aku ingin menjalani hidup yang penuh tanggung jawab. Menjadi yang terbaik versi diriku.

Terima kasih sudah membaca ya. 

Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments