Skip to main content

Yang Lebih Menjanjikan: Memaafkan

Aku rasa, aku pantas untuk sebuah kata maaf. Untuk luka yang kau goreskan, begitu dalam. Tak pernah aku temui diriku, yang begitu histeris menjerit, merasakan kehancuran yang begitu dalam selama hidupku. Aku hancur malam itu, entah bagaimana, hidup yang begitu aku perjuangkan, dihancurkan, oleh seseorang yang tak pernah terbayangkan. Kepedihan yang harus aku hadapi, hari-hari yang penuh dengan air mata. Hari itu, untuk pertama kalinya, aku merasa terluka, kekuatanku sebagai manusia hilang. Aku menangis dengan mudah, bukan sedih apalagi syukur, menangis karena kehancuran.



Tak terbayangkan, rapalan-rapalanku sirna seketika. Kata-kata yang begitu lancar aku ucapkan setelah sujudku, tercecer tak sanggup aku ulang. Begitu hancur. Aku sangat marah, dan aku rasa aku pantas untuk marah. Aku pendam semua rasa di hatiku. Bahkan, tak satu kata maaf pun aku dengar, tahun silih berganti. Luka itu melahirkan bekasnya, yang begitu nyata.

Bahkan satu luka kembali kau goreskan di hari bahagiaku. Segera aku sadar, bahwa untuk memulai lembaran baru yang ku harap penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan, aku harus mampu memaafkan. Barangkali tak semua orang mampu menyadari, bahwa kebodohannya telah membawa luka mendalam. Bahwa kesalahannya telah menghancurkan, bahkan doa-doa.

Pada akhirnya, tidak ada yang lebih menjanjikan dari memaafkan. Semua ini tidak mudah, tapi sejak hari itu, aku bertekad untuk menghapus semua luka. Esok lusa, biarlah, belajar atau tidak, aku sudah seutuhnya melepaskan diriku, pada ikatan yang menyakitkan itu.
Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments