Skip to main content

Aku dan Kata-Kataku

Halooo, rasanya sulit sekali mempunyai waktu untuk sekadar membuka laptop di malam hari, tanpa harus mengerjakan sesuatu yang sepanjang siang sudah membelenggu pikiran. Sekadar scrolling down the timeline, checking the tickets, or just write some paragraph on my lovely blog.

Beberapa bulan ini aku sibuk. Ya, masih belum sibuk-sibuk banget. Masih cukup tidurnya, masih bisa sarapan dengan sangat santai di kosan, masih bisa nonton pertunjukan-pertunjukan lucu, masak makanan yang mau aku makan, baca satu-dua lembar buku, sesekali terlelap dalam tidur, jadi kesiangan deh. Mungkin bukan hal-hal besar, tapi rutinitas seperti ini cukup cocok denganku, dan aku cukup bahagia dengan semua ini.

Durasi membacaku mungkin tak selama dulu, tulisanku mungkin tak sepanjang dulu. Otak yang terpapar banyak hal, masuk dan terus masuk, sayangnya tidak semua yang telah diproses dengan tanda tanya di sana sini, bisa dikeluarkan. Iya bergemul, terus berputar di otak yang fisiknya kecil ini. Tapi ku akui kekuatannya tiada tara. 

Ribuan kata-kata, yang ingin dan tak ingin didengar, diproses dengan cakap, kemudian direspon dengan sedemikian rupa. Kadang hanya bergumam, sesekali hanya terdiam, kerap kali menimpali, menyesuaikan keinginan si pelontar. Tidak salah, mendengarkan juga sebuah kemampuan. Menyadari bahwa seseorang butuh didengar juga sebuah kemampuan.

Kata-kata telah menjadi pusat. Bagaimana pengaruhnya terhadap tumbuh kembang. Bagaimana ia menjadi nilai yang membentuk. Bagaimana ia menjelaskan peristiwa. Kata-kata telah menjadi tameng, dari sebuah sikap. Menjadi sebuah kilah juga celah. Kata-kata yang tak habis, selalu diproduksi lebih banyak dari jumlah manusia. Tak mati-mati, berusaha menjelaskan empunya.

Setiap kata masih ada artinya...

Penjelasan yang begitu rumit, bahkan tidak menjawab persoalan. Membingungkan, seakan-akan aku dikerjai, untuk membaca hal yang tak ada inti. Iya, dia kata-kata tanpa makna. 

Sapa yang begitu ramah, bahkan tak menutupi, ada maaf yang belum sempat terucap. Begitu ketara, ribuan orang pura-pura ini semua masih bisa tetap berjalan.

Kertas demi kertas akhirnya tersusun, dari malam-malam yang panjang, tangan dan segala kantuk bekerja sama, tapi tak juga menjawab, bahkan untuk sebuah jabat tangan.

Lelucon yang terkesan mengintimidasi, ya, sesekali lepas kontrol, pengalaman memang tidak menipu. Dia ingin diketahui, asal, jalan, rumah, hingga pigura-pigura dari tiap waktu.

Rasa nyaman masih bisa diukur, berjalanan sendiri saat aman memang terlalu bahaya, mereka berdua, aman dan nyaman, telah mengurungku. Entahlah, bisa jadi juga melindungi.

Apalah arti kata-kata ini. Balok-balok mainanku yang tak bisa merayakan hari ini bersamamu, mari kita lihat tahun-tahun kedepan. Ke mana kata-kata ini akan membawaku. Ke pangkuan siapa ia akan menumpuk berlabuh, menjadi cerita panjang atau puluhan buku puisi.

Selamat!

Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments