Skip to main content

Fosil Kenangan: No One Ever Said it Would be This Hard



Kenangan seperti apa yang harus diulang untuk merayakan tangis pertama seorang bayi suci. Suka cita seperti apa yang bisa menggambarkan petualangan panjang, penuh emosi, juga pembelajaran. Dalam perjalanan yang buta, meraba-raba rasa, berusaha sekuat tenaga, mengenal diri sendiri.

Satu hari yang menjadi tanda. Satu tanggal yang menjadi pengingat. Semoga selamat, sehat dan bahagia. Rapalan doa begitu banyak. Diulang penuh dengan suka cita, tapi... kali ini semua terasa begitu biasa. Bahkan menyisakan rasa asing dan ribuan tanya. 

Bayi suci sudah menjadi perempuan dewasa. Iya, walau penuh dengan kebingungan dia berusaha hidup sebagaimana orang dewasa. 

Entah sudah berapa lama tiga paragraf di atas nangkring di Draft Blog-ku, aku pun kebingungan untuk meneruskannya. Aku berusaha mengingat saat menulisnya. Mungkin saat tanggal kelahiranku kembali berulang. Beberapa tahun terakhir aku memang merasa kesulitan. Sulit sekali berperan sebagai orang dewasa, begitulah pikirku.

Entah harus mengadu pada siapa, karena sepertinya setiap orang sudah memiliki bebannya sendiri untuk dipikul. Lalu aku teringat.. Apakah aku menjadi begitu cengeng, karena dulu orang tua dan semua orang yang berperan mengasuhku tidak pernah bercerita betapa lika-likunya perjalanan saat dewasa, dan aku harus kuat untuk berdiri di kaki sendiri. Seakan-akan aku tidak dipersiapkan untuk semua ini.

No one ever said it would be this hard.

Dua puluh enam tahun sudah, peristiwa demi peristiwa menumpuk menjadi sebuah fosil kenangan yang kuat, beberapa disadari, beberapa seperti makhluk tak kasat mata, tak terlihat, tak teringat, tapi mempengaruhi segala bentuk keputusan yang diambil. Inner child, hal-hal yang mungkin aku lupa, tapi begitu membekaskan luka, dan mengambil alih banyak hal dalam kehidupan dewasaku.

Entahlah, apapun yang terjadi di masa lalu. Dengan penuh kesungguhan, aku hanya ingin mengingat semua tentang kebaikan, kebahagiaan, juga suka cita. Biarlah yang berlalu aku maafkan, dan saat ini aku berdiri untuk memutus semua yang tak seharusnya ada di muka bumi.

Tulisan ini sebagai pengingat bahwa diri ini sadar, ada yang harus diperbaiki, ada banyak proses yang harus dipastikan terus berjalan. 

Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments

Post a Comment