Skip to main content

[Review Film] Milea Suara dari Dilan

Rasanya promo film ini kenceng banget, posternya selalu terlihat di mana-mana. Tentu saja, aku salah satu orang yang akan menonton Milea Suara dari Dilan ini. Setelah menyelesaikan ketiga novelnya (Dilan 1990, Dilan 1991, Milea Suara dari Dilan) dan menonton dua film sebelumnya, aku merasa harus nonton yang terakhir ini(?)

Official Poster, Milea Suara dari Dilan

Sempat heboh saat pemain Milea Suara dari Dilan ini melakukan promosi film di KRL dan jam pulang kerja.. Sangat disayangkan sekali. Tapi tidak menyurutkan animo masyarakat untuk menonton filmya. Di tempatku nonton, film ini tayang di empat atau lebih studionya. Studioku sendiri nyaris penuh, banyak sekali pasangan muda-mudi dan aku nonton sendirian dong!

Oh, iya, sebelumnya, review ini akan mengandung spoiler man-teman. Jika bukan tim spoiler dan belum nonton, mungkin bisa kembali lagi saat sudah nonton ya. Karena aku sangat menghargai pilihan orang-orang yang tidak suka spoiler, dan hak ku juga kan menuliskan review sarat spoiler?? Hehe.

Film ini cukup simple, dan membuatku kembali meraba-raba details novelnya yang kubaca tiga tahun lalu. Dilan dan Milea. Dua remaja SMA yang sedang labil-labilnya, melewati masa SMA dengan drama yang khas remaja sekali, dengan ego dan harga diri masing-masing.

Dimulai dengan percakapan singkat Bunda, Dilan dan Adik Bunda...

"Dilan, cita-cita kau apa?"
"Menikah."
"Lihatlah anak kau ini, masih kecil cita-citanya menikah!!!"
"Ya.. Aku bangga dengan Dilan."

Hangat sekali rasanya menyaksikan adegan di dapur itu. Seberapa banyak orang tua saat ini, yang dengan lantangnya menyatakan rasa bangga terhadap anaknya pada hal-hal kecil seperti jawaban nyeleneh seperti yang dilakukan Dilan kecil. Hal kecil seperti ini sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan pola pikir si anak.

"Tok, tok, tok."
"Siapa?"
"Bunda, boleh masuk?"

Bunda Dilan mengetuk pintu saat Dilan dan Adiknya sedang asik mewarnai foto ayah mereka yang Tentara Nasional Indonesia. Bunda Dilan pun menunggu sampai anaknya mengizinkan masuk. Seberapa banyak orang tua yang mempraktikan ini, memberikan anak pilihan. Menghargai ruang pribadi anak. Yha.. hal sekecil ini memang harus dibiasakan dengan goals yang sama-sama dipahami.

Ada beberapa hal yang aku rasa lebih dipertajam di film ini, atau ternyata aku sudah banyak lupa details cerita novelnya. 

Milea adalah siswi pindahan dari Jakarta, yang terkenal cantik. Dari film ini kita bisa menyimpulkan bahwa Dilan bukanlah cowok SMA yang super updated mengenai kehadiran Milea. Tapiii, Dilan sangatlah gercep. Bermodalkan informasi dari sahabat ngupi di Warung Bi Eem, Dilan meminta air mantra, eh air doa dari Bunda. Bagi Dilan, restu Bunda adalah segalanya.

Dilan menunjukkan dirinya di depan Milea pertama kali sebagai seorang peramal. Dilanjutkan, sebagai utusan dari kantin yang mengabarkan bahwa ada menu baru favorit Milea. Puncaknya, saat Milea ulang tahun, Dilan menghadiahi Milea TTS yang sudah terisi penuh dengan kalimat romantis yang buat senyum-senyum melulu.

Dilan yang suka membaca, juga sangat pandai menuliskan puisi-puisi romantis juga jenaka. 

Aku di mana waktu kamu masih bayi? 
Aku ingin menjagamu. 
Tapi, tapi aku juga masih bayi waktu itu. 

Dilan, terbiasa diberikan hak untuk memilih. Dilan yang suka membaca dan pengagum salah satu Tokoh Iran yang menentang Amerika, bukanlah anak laki-laki yang mampu didikte sedemikian rupa, apalagi diatur-atur. Namun, Milea hanyalah siswi SMA biasa, yang merasa Dilan adalah miliknya, seutuhnya. Hal inilah yang kerap terjadi di kisah-kasih putih abu-abu, tapi tidak sedikit pula yang melewatinya tanpa drama. 



Milea sangat tidak suka dengan Dilan dan Geng Motornya. Rasa khawatir yang wajar sebenarnya, tapi Milea sangat berlebihan saat melarang Dilan bertemu dengan teman-temannya, menyatakan rasa tidak suka, mengumpat bahkan menantang dengan pilihan. WHO DO YOU THINK YOU ARE SIH MILEA????

Rasanya sebel sama Milea yang seegois itu! Puncaknya saat salah satu sahabat Dilan meninggal dikeroyok. Ya ampun ini jelas banget di film ini.. Betapa sedih dan hilang arahnya Dilan dan seberapa gelonya si Milea ini. Ya ampun aku sebel.

Kamu tuh ya Milea, pacar kamu lagi sedih, yaaa bisa dikuatin dulu, ditemenin, kekhawatiranmu itu bisa ditunjukkan dengan cara yang lebih baik dari diam, menolak, menghindar. Wkwk.

Dilan adalah Dilan. Dia melakukan apa yang dia suka, tapi tidak pernah memaksakan kehendeknya. Banyak sekali, adegan-adegan saat Dilan minta Milea untuk pulang bareng, lalu ditolak, yowes si Mamas langsung pulang. Yha, Dilan menghargai keputusan si Milea. Laki-laki sekali.

Seringkali beberapa orang memaksakan keinginannya kepada orang lain, beberapa orang mungkin akan terlena dan melihat hal itu sebagai perjuangan, sampai akhirnya lupa, bahwa suaranya terlalu sering tak didengarkan.

Meninggalnya sahabat Dilan, menjadi puncak komunikasi yang salah antar duo remaja SMA ini. Kehidupan Dilan juga babak belur. Keduanya menahan rindu, yang mereka tahu beratnya.

Dilan pindah ke Jogja dan Milea kembali ke Jakarta, setelah beberapa tahun mereka kembali bertemu. 

"Masyaallah."

Tatapan Milea begitu takjub saat melihat Dilan di kantor tunangannya. Lalu ada beberapa pertemuan lanjutan setelah pertemuan singkat hari itu. 

Dilan dan Milea, masih hidup dengan pikirannya masing, juga rasa rindu yang kian berat. "Dan sekarang, yang tetap hidup dalam diriku adalah kenangan di sanalah kamu selalu."

Film ini berhasil membuatku, senyam-senyum, sebel juga, belajar parenting juga dan yang pasti nulis ini. Hehe. Selamat menonton dan melihat diri sendiri teman-teman. 
Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments

  1. Sayang ya Dilan dan Milea akhirnya nggak bersatu. Aku belum nonton sih film Dilan ini dari yang pertama makanya kurang excited nonton yang ketiga

    ReplyDelete
  2. Sayangnya banyak pengamat film yang bosen dengan sekuel ini. Karena film yang ditampilkan terkesan sama dengan pengambil sekuel Sebelumnya. Atau memang itu potongan take film sebelumnya. Ah gara-gara review tidak ada pembaharuan dalam pengambilan gambar, aku jadi nggak pengen nonton sekuel lanjutan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Milea Suara dari Dilan ini, sebenernya memang menceritakan hal yang sama denga 2 film sebelumnya, tapi dari sisinya si Dilan. Jadi memang banyak scene film ini yang merupakan bagian dua film sebelumnya.

      Delete
  3. Aku pingin sih nonton, tapi kayaknya nunggu tayang di TV aja haha. Dua film pertama juga aku tonton di TV. Yang pertama masih oke, yang kedua mengendur dan yang ketiga ini katanya lebih banyak mengulang 2 film terdahulu. Tapi, walau begitu sudah pasti bakalan laris sih filmnya. Pas memang jika menyasar anak muda.

    Eh, padahal aku masih muda juga sih. #abaikan hwhwhw

    ReplyDelete
  4. Pernah nonton film dilan yg pertama kali, dilan ini jago merayu, blm nntn film yg ini, tp kayak ny bisa dicoba nih

    ReplyDelete
  5. Aku lebih suka baca novelnya. Bayangin bandung di jaman dulu. Bayangin dilan dengan versi aku. Badboy nya dilan pake versi aku hahaha
    Dan menurut akuuuu maaf banget ya milea, aktingnya lebay hahaha

    ReplyDelete
  6. Jujur untuk film Dilan-Dilan ini aku cuma nonton sampai habis yang pertama. Hahahaha, itupun penasaran karena lihat Iqbaalnya.

    Pas nonton yang kedua kok...hmmm haduh, kayaknya aku gak sanggup melanjutkan.....

    Tapi rasanya series Dilan ini sudah punya fanbasenya sendiri yang pasti akan setia dan senang melihat kisah Milea Dilan

    ReplyDelete
  7. dilan pertama ga nonton, dilan kedua nonton dari hadiah dvd kfc :p untuk yang terakhir, lihat nanti kira2 bakal nonton di mana? atau malah ga nonton? btw rindu mah kalo kebanyakan ditahan ntr jadi penyakit, macam kentut mesti dikeluarkan biar plong..hahaha. Semoga yang sudah pada nonton film ini ga ngefek jd sulit move on ;p

    ReplyDelete
  8. pengen nonton, tapi udah ilfeel di filmnya yg kedua. hahaa.. adegannya trll bnyk yg lebay menurutku. aplg milea sampe depresi kan ya gara2 cowok hehee.. gak bagus juga klo remaja niruin film ini.. tapi klo ditonton sbg hiburan yah bolehlah

    ReplyDelete
  9. Dengan terpaksa aku harus menonton film ini karena sudah mengkhatamkan 3 novel dan 2 film terdahulu. Hmm, sudah ketebak yah Rumi di film terakhir ini banyak kilas balik adegan film2 sebelumnya, sama kayak isi novelnya. Hmm lagi.

    ReplyDelete
  10. Pernah baca komentar beberapa teman yang diajak paksa anak-anaknya nonton film ini, hahaha. Tapi kalau anak saya ngajak kami nonton film ini, demi kebersamaan bolehlah dipertimbangkan. Pasti saya nonton sambil makan kalau gak sambil ketiduran , hehe.

    ReplyDelete
  11. Kalo film yang pertama kemarin saya udah nonton mbak, tapi ga di bioskop sih hahah

    Gpp walau gitu, masih dapet nih feel gregetnya. Secara saya masih bisa di kategorikan anak SMA *ehh serasa muda

    Nice review nih😉

    ReplyDelete
  12. Aku bukan 'Dilan People'. Tapi sangat mengapresiasi banyak orang tentang film terlaris dua tahun berturut-turut ini. Kayaknya mulai tertarik buat nonton Milea dulu. Bisa kan ya?

    ReplyDelete
  13. Haha...apa cuma aku ya yang belum pernah nonton Dilan series? Dari film pertama ga tertarik nonton.


    Bukan ga suka, tapi justru sangat menikmati versi novelnya. Semacam ga mau merusak imajinasi sendiri ....

    Tapi si Milea emang cantik sih 😝

    ReplyDelete
  14. aku yo baper men melihat milea ini
    senyumnyo itu lho manis nian

    sayang nian masa sma ku katek yang cak dilan
    cuma sekolah rumah kantin bimbel bae

    suram

    ReplyDelete
  15. endingnya bikin greget, Dilan so sweet bangettt :D Semoga Milea dan Dilan tetap bahagia di kehidupan masing-masing :')

    ReplyDelete
  16. Apa cuma aku yg ga nonton sama sekali rangkaian film ini, hehehehe

    ReplyDelete
  17. film yang terakhir banyak review film yg sebelumnya ya mba, scene barunya ya itu dijelasin pas dia nyerbu geng motor yg ga jadi dan lain lain, over all saya suka juga sih. keren hehe untuk buat orang gregetan

    ReplyDelete
  18. revienya keren banget.
    Penggambaran milea sungguh sempurna, cantik dan romantis alias perhatian pula.
    Saya dibuatnya penasaran banget, jadi ingin nonton deh. Tapi sudah telat ya?

    ReplyDelete
  19. Langsung baper nonton film ini :D

    ReplyDelete
  20. Saya pengen nontonnya sialnya sudah baca ketiga bukunya dan baru bonton yang pertama saja Yang jelas gaya bertutur novel ini memang menjiwai remaja. Coba kalau saya baca saat masih remaja pasti bakal merasa baper abis melebihi sekarang.
    Ada nuansa sendu setelah riang. Ya, saat masih jadian dunia seakan seru lalu berubah sendu setelah hubungan kaku.
    Ah, putus cinta memang berat bagi sesama remaja karena mereka perasaannya murni dan baru mengenal dunia.

    ReplyDelete
  21. Kadang kalau cuma baca gini suka gak puas, pengen nonton langsung. Jadi penasaran, aku pribadi gak begitu update soal film, terlebih film-film terbaru. Kalau film dilan sendiri pernah denger karena memang buming, lihat yang pertama udh lama, yang ini penasaran..

    bikin baper gak ya :D

    ReplyDelete

Post a Comment