Haloooo...
Terik kali ini gak berasa menyengat, hal-hal yang biasanya menyayat terlihat normal. Duduk sambil memangku tas kuliah yang kusadari tak pernah kuganti dari awal semester satu. Saat sadar kalo aku sedikit dalam berbelanja, berasa naek level banget sebagai manusia. Yup. Tapi, aku suka sekali beli ini beli itu.
Tepat didepanku ada sembilan gerobak barang bekas yang berjejer dibahu jalan lalu terdengar jelas dari belakang halte suara gap dari bapak-bapak tukang ojek. Sejenak, rehat dari peluh-peluh yang selalu dianugrahi oleh sang mentari kala terang benderang.
Dari wajah mereka tidak terlihat kekhawatiran, aku rasa mereka pengkamuflase ulung. Tidak ada rona yang biasanya membuat irisan-irasan kecil disudut kehidupan. Membekukan idealisme karena ketidakmampuan menolong.
Bapak. Bapak-bapak. Bapak-bapak yamg mencari nafkah. Bapak-bapak yang tidak kenal lelah. Membawa kulkas dalam gerobaknya, turut pula harapan untuk sesuatu yang jauh lebih baik.
Hidup ini elegi.
Disini ada yang bisa bertahan dengan segala keterbatasan dan disudut lain ada yang jatuh hilang harga diri karna merasa tak pernah cukup.
Ada sisi melankonis yang kian hari kurasa kian mengambil alih perasaanku. Saat dimana aku terpekur lesu karena ketidak berdayaanku dalam menolong. Jika niat hanyalah niat. Berbuat baik tak pernah sulit.
Semangat Pak...
Semoga Doa kita tak kalah jauhnya kita langkahkan, tak kurang peluhnya kita lantunkan, terasa harapnya kita lafazkan. Karena kita tahu, hidup ini tidak cukup hanya terus berjalan tapi kita perlu mencari tahu untuk apa dan kepada siapa kita menjalani semuanya.
Menunggu Transmusi tak pernah semenyenangkan ini.😊
Comments
Post a Comment