Skip to main content

Di Penghujung Usai

Di penghujung usai, aku tak pernah berfikir akan terjadi sesuatu. Aku tak pernah menganggap sesuatu itu sesuatu. Aku tidak mudah memikirkan sesuatu. Aku tak mudah merisaukan sesuatu. Aku tidak mudah terbelenggu, aku selalu merasa kuat. Aku selalu merasa cukup. Aku selalu merasa memiliki yang aku butuhkan saat ini. Aku selalu berusaha bersyukur. Aku selalu sabar, aku hanya tak ingin menodai penantianku. Aku hanya tak ingin doa-doaku tak memiliki ketulusannya.

Sesuatu itu hanya bisa membuatku menangis di atas sajadah tapi tidak akan pernah merenggut keikhlasanku. Sesuatu itu hanya akan ku pendam hingga padam. Jika pun sesuatu itu memberontak, dia tidak akan lari jauh hanya sebatas tulisan-tulisan seorang makhluk hidup.

Aku selalu berpikir bahwa sesuatu itu anugerah, jika sesuatu itu tidak pernah ada mungkin aku tidak akan seperti ini. Seberapapun jiwa ini, hati ini, sifat dan sikap ini jauh dari kata baik, sedetik pun aku tak pernah menyesal untuk memperbaiki masa lalu.

Aku selalu berfikir bahwa keseluruhannya sudah menjadi takdirku, aku tak berharap sesuatu itu tidka pernah terjadi. Aku hanya berusaha bahwa aku pantas untuk sesuatu dibalik sesuatu itu.

Di penghujung usai, sesuatu kembali berusaha mengaburkan pengelihatanku. Di penghujung usai, kembali sesuatu yang sama memperdengarkan isakannya. Di penghujung usai, sesuatu kembali menginginkan ku untuk menyerah. Di penghujung usai, sesuatu datang ingin menyamakanku dengan yang lain. Di penghujung usai, sesuatu menyadarkanku akan sesuatu.

Terima kasih sesuatu. Tanpamu mungkin tangisku takkan pernah sedu sedan. Doaku mungkin tak pernah selembut alunan nina bobo dari sang bunda, melelapkanku dari perihmu. Terima kasih sesuatu. Kau sudah berusaha begitu kerasnya mengajariku bersikap lalu membawa semuanya bersama daun terakhir. 
Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments