Skip to main content

Empat Tahun Pertemanan: Terima Kasih!

Jika teringat, lalu syukur membanjiri sanubari. Hallo teman, terima kasih!

Bertahun lalu, saat dunia tak semudah pun sekelumit ini. Sebuah taman kota mempertemukan kita dengan alasan yang berbeda. Walau samar, aku, si pelupa ini masih mengingatnya. 

Tahun demi tahun berlalu, kita tumbuh. Iya, aku masih seperti dulu. Si moodie yang sering membuat banyak orang bingung kemudian naik darah. Haha. Terkadang sulit sekali untuk kontrol emosi atau apa ya yang lebih tepat. I cant fake a smile. Kalo capek, sensitif. Kalo capek, sensitif, terkadang merasa too much giving (perasaan) kayaknya cuma aku yang sayang kalian, yang perhatiin kalian, kayak bertepuk sebelah tangan gituuu. Bilang aja belom bisa ikhlas Rum.


Sudah berapa purnama? Kita saling menjalin rindu, yang kelak menghantui masa tua. 

Banyak proses dalam diri ini, karena mengenal dan dibersamai oleh kalian. Tidak ada yang ingin aku ubah, tentang aku di mata kalian. Tidak ada yang ingin aku perbaiki, tentang aku di hati kalian. (semoga ada yaaa).

Aku, tak pandai bermanis-manis. Jika marah, aku marah. Sekadarnya. Saat lelah, aku diam, bersembunyi di wajah yang sulit tersenyum. Jika tidak setuju, aku bicara, terkadang aku tidak mau kalah. 

Sudah berapa langkah kita bersama? Belajar dan berbagi. Tidak terhingga dukungan yang diterima.


Jika ada yang baik saat ini, sebelum semuanya, kalian lah yang menemani. Jika ada yang baik saat ini, jauh daripada itu, kalian lah salah satu alasannya. 




Enam karakter yang begitu berbeda. Anak Ibu yang manis dan Anak Mama yang bebas. Seorang mandiri dan pejalan yang pemberani. Lalu anak tunggal yang suka dandan. Tanpa kalian, banyak nilai yang akan kurang. 

Terima kasih, sudah ada dan membawa kabar bahwa aku layak untuk dijadikan teman. Yhaaa, aku hanya terlalu senang setelah empat bulan tak bertemu! Jarak adalah alat ukur, betapa berartinya kalian.

Agar kalian tak lupa. Aku tuliskan. Bahwa tanggal 2 Mei 2019, kita bertemu, lengkap berenam, setelah berpisah sejak malam ketiga kepulangan alm. Kakekku. Hari Kamis, Niken sedang off dan lainnya bisa menyesuaikan. Setelah survey tempat makan beberapa hari sebelumnya, dengan usulan Selvy dan kesepakatan bersama kita makan seafood. "Ingin makan kepiting, kata Selvy" Seperti biasa Selvy terlambat, belum sembuh juga penyakitnya. Aku datang menyusul Shinta dan Niken yang terlebih dulu sampai. Mempertimbangkan lamanya proses memasak, kami bertiga memesan duluan dengan maksud Dinna dan Selvy datang, yaa langsung makan.

Fish in Fun, tempat makan lucu. Menjadi saksi, betapa pecah si rindu.

Kita belum berenam, Bu Guru masih mengajar. Eh.. Hari ini hanya menghadiri acara perpisahan di Sekolah.

Menerobos terik, kita melewati jembatan Ampera. Ingin main boling katanya. Ada yang ingin mencoba, ada yang rindu, pun mengambil haknya untuk berlatih.

Serasa kurang, Anak Ibu yang manis menyepakati untuk singgah ke kedai kopi. Cerita belum habis.

Cerita-cerita mengalir adanya. Sedikit nostalgia tentang aku di malam hari yang dulu, membuat runyam suasana. Bukan karena lapar, teman, tapi nyatanya hatiku sensitif.

Kita yang mulai sibuk, rindu memiliki kegiatan. Bermain bersama anak-anak, berbagi kasih. Lalu lahir sebuah konsep kegiatan untuk memeriahkan Ramadan tahun ini. Rasanya waktu tak pernah sia-sia.


Lihat senyumku? Paling manis, tanda syukur memiliki kalian.
Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments