Assalamualaikum
teman-teman ^^
Kalo berkunjung ke Palembang destinasi wisatanya
kemana aja sih? Palembang ada apa aja sih? Kalo hari libur, selain ke mall bisa
kemana aja sih?
|
Rumah Kembar |
Palembang emang minim dengan wisata alam, tapi kaya
banget loh dengan cultures and heritage. Pernyataan
ini udah pernah disampaikan langsung oleh salah satu pemandu wisata nomer wahid
di Palembang, sayang banget aku lupa namanya.
Salah satunya Kampung
Al-Munawwar yang terletak di tepian
Sungai Musi 13 Ulu. Kampung Arab tertua di Palembang ini semakin cantik
saat ini. Kampung tempat bermukimnya para keturunan Arab ini tersusun rapi
disepanjang lorong dengan bangunan-bangunan khas dan telah berumur lebih dari 300
tahun.
Sebenarnya Etnis Arab cukup banyak tersebar di
Palembang, baik di Ulu atau Ilir dari Palembang. Fyi, Palembang terbagai
menjadi 2 bagian yang terpisah oleh Sungai Musi, bagian utara yang disebut
Seberang Ilir dan bagian selatan dinamakan Seberang Ulu. Perpisahan ini kembali
dihubungkan oleh kokohnya Jembatan Ampera yang resmi beroperasi sejak tahun
1965.
Nah, untuk sampai di Kampung Al-Munawwar bisa melalui jalur darat ataupun air. Moda
transportasi yang digunakan di darat pun sudah banyak pilihan, dari layanan
online maupun konvensional. Kampung Al-Munawwar
terletak di Kecematan Seberang Ulu II, kelurahan 13 Ulu. Jalur air bisa
ditempuh dengan layanan getek atau ketek.
Getek adalah kendaraan apung yang
terbuat dari beberapa kayu yang diikat sejajar untuk mengangkut barang atau
orang. Untuk naik getek ini, kita bisa naik dari dermaga yang ada di pelataran
Benteng Kuto Besak ataupun dermaga lainnya.
|
Jalur Air menggunakan Getek; Foto September 2016. |
Kampung Al-Munawwar
masih sngat memegang teguh adat istiadat. Menjadi daya tarik sendiri saat
mendengarkan langsung sejarah Kampung Arab ini dari Pak RT. Dulu sekali saat
Etnis Arab mendarat untuk pertama kalinya di Palembang iu adalah di 13 Ulu ini.
Tujuannya untuk menyebarkan Ajaran Islam dan berdagang. Kapten Arab diberikan
wilayah atau tempat bermukim oleh Kesultanan Palembang, yang kemudian mulai
membangun beberapa Rumah di Al-Munawwar. Rumah pertama yang dibangun adalah
Rumah Tinggi, yang berasitektur rumah Limas dengan sentuhan Timur Tengah dan
Eropa.
Rumah Darat merupakan rumah kedua yang dibangun oleh
Al Habib Abdurrahman Al Munawwar untuk putera pertamanya, Al Habib Muhammad Al
Munawwar. Rumah Darat berbentuk limas dan berbahan kayu secara keseluruhan.
|
Rumah Batu |
Rumah Batu adalah rumah ketiga yang dibangun untuk
putera ketiga, yaitu Al Habib Ali Al Munawwar. Rumah batu didirikan di atas
fondasi bata yang ditinggikan. Struktur Limas tampak pada lantai rumah yang
dibuat bertingkat. Lantai rumah ini menggunakan ubin marmer yang diimport
langsung dari Itali. Rumah Batu menjadi tempat berlindung warga Kampung Al-Munawwar saat terjadi
pertempuran 5 hari 5 malam, pada tanggal 1-5 Januari 1947. Total ada 8 rumah
khas beraksitektur limas (rumah kayu khas Palembang) di Kampung Arab Al-Munawwar ini. Yok
ke Al-Munawwar!
|
Festival Kopi di Kampung Al-munawwar, September 2016 |
|
Penduduk asli Kampung Al-Munawwar |
|
Arab banget kan? Ini di teras Rumah Batu. |
|
Teras Rumah Batu Kampung Al-Munawwar, 2016 |
Jujur, penetapan Kampung Al-Munawwar sebagai cagar
budaya oleh Pemerintah Kota Palembang menjadi salah satu kebanggan tersendiri
bagiku. Pertama kali berkunjung September 2016, Kampung Al-Munawwar ini sudah
memiliki daya tarik sendiri dengan segala sejarahnya. Kemudian, banyak
perbaikan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata untuk menjadikan Kampung
Al-Munawwar sebagai salah satu destinasi wisata di Palembang, baik bagi warga
Palembang maupun warga dari luar kota bahkan luar negeri. Palembang sendiri
akan menjadi Tuan Rumah Asian Games 2018.
Kami tidak hanya siap menyambut para atlet dengan kemegahan Jakabaring Sport City, tapi juga dengan
banyaknya wisata budaya dan kuliner yang kaya dan terjaga.
|
Kampung Al-Munawwar, Februari 2018. Instagramable kan? |
|
Kampung Al-Munawwar 2018. |
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatiin nih kalo
berkunjung ke Kampung Al-Munawwar,
karena Kampung ini masih sangat menjaga adat dan istiadat.
- Harus menggunakan pakaian yang sopan. Tidak
menggunakan celana pendek untuk laki-laki apalagi perempuan.
- Tidak disarankan berdua-duaan kalo bukan muhrim.
- Tidak membuang sampah sembarangan! Pahamilah
teman-teman, bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
- Jam berkunjung dari 08.30 – 17.00.
- Libur saat Hari Jumat.
- Uang kontribusi masuk Al-Munawwar Rp.5000,-
Kampung
Al-Munawwar memang dicanangkan menjadi destinasi
wisata budaya yang hanya dibuka pada siang hari. Karena, menjelang magrib
anak-anak mulai belajar bersama, mengaji bersama, untuk menjaga hal ini jam
operasional hanya sampai pukul 17.00 WIB. Uang kontribusi masuk Kampung Al-Munawwar sudah termasuk parkir
dan penggunaan toilet.
|
Masjid di Kampung Al-Munawwar. |
Selain sejarah dan budaya kita juga bisa kulineran
di Kampung Al-Munawwar ini,
disepanjang lorong terdapat beberapa warung yang menjajakan makanan khas
Palembang seperti Model, Tekwan, Pempek dan Kemplang. Untuk oleh-oleh bagi
wisatawan luar kota bisa membawa Kopi Khas Kampung
Al-Munawwar, dengan harga terjangku. Eits, kopi ini bukan kopi biasa loh.
Kebetulan saat berkunjung kemarin, ada beberapa kunjungan dari Dinas Pariwisata
dan Budaya Kota Jambi dan beberapa rombongan lain dari luar kota yang di guide langsung oleh Pak Ale (salah satu
orang dinpar Kota Palembang dan pengusaha kopi). Ada demo tentang kopi Kampung Al-Munawwar yang langsung
disuguhkan dan setelah meminumnya, para wisatawan pun memborong habis kopi
tersebut.
|
Salah satu warung yang menjual penganan Khas Palembang dan Kopi Khas Al-Munawwar. |
Adapun ilmu kopi yang aku dapet dari duduk manis dan
memperhatikan Pak Ale, antara lain:
1. Kalo mau minum kopi sehat, ganti
gulanya dengan gula aren! Kalo di supermarket bisa beli brown sugar.
2.
Untuk rasa pas untuk yang mau minum kopi, kopi dan gula perbandingannya 1:1.
Untuk ukuran gelas sedang, 10 gram kopi (satu sendok makan) dan gula dengan
takaran yang sama.
3.
Untuk penyuka kopi, kopi bisa diperbanyak dengan menambahkan sekitar 5 gram
menjadi 15 gram atau bahkan 20 gram untuk satu sendok makan gula. Tentunya
diseduh dengan air mendidih.
Selain makanan khas Palembang disini juga menjual
makanan dengan sentuhan khas Arab, seperti nasi goreng dengan kismis.
|
Al-Munawwar 2016. |
|
Al-Munawwar 2018. |
Kampung
Al-Munawwar sudah menjadi salah satu destinasi study banding bagi beberapa dinas
pariwisata dari luar kota. Bangga kan? Kita harus mengapresiasi kerja keras
banyak orang ini, kerja keras pemerintah kota maupun provinsi, warga sekitar,
dengan tetap mematuhi aturan yang ada dan ikut melestarikannya, melalui tulisan
salah satunya. ^^
Wassalammualaikum.
Comments
Post a Comment