Tak pernah terpikir olehku kembali menginjakkan kaki di bandara Tjilik Riwut, hari itu setelah melalui perjalanan yang aku sengaja perpanjang, melalui Palembang singgah di Bandung, lalu 2 hari bermalam di Yogyakarta kemudian singgah di Surabaya untuk sampai Juanda menuju Palangkaraya.
Bandara yang sunyi, jadi terbayang keadaan belasan tahun silam. Disambut dengan etalase penuh hasil alam khas Borneo. Siang yang terik, diadu dengan kebingungan kami tentang zona waktu. Apakah masih sama dengan Surabaya atau sudah masuk WITA.
Keluar dari bandara menuju Universitas Palangkaraya, jalan yang sepi, panjang, kiri-kanan hanya lahan kosong tanah kuning. Ibukota Provinsi yang sunyi. Aku bertanya-tanya, dimana para pemudanya. Masuk areal kampus, masih disambut sunyi.
Singkat cerita, aku harus pergi ke salah satu desa yang berjarak 7 jam waktu tempuh dari Palangkaraya. Perjalanan malam yang entahlah, terasa biasa saja. Sampai di Desa Ujung Pandaran sesaat sebelum fajar, hari itu tepat Hari Raya Idul Adha. Karena dini hari, tidak ada yang menerima secara langsung. Aku dan teman-teman mengistirahatkan tubuh di bagunan yang ternyata adalah pasar. Kami menumpuk menjadi satu bagian, aku lelah sekali. Takut serta kedinginan.
Tapi, malam itu langit sangat indah.
Angin yang langsung dari laut, mengaburkan semuanya.
Sebagai pengagum langit dan penikmat hamparan bintang, aku bahagia.
Menunggu pagi dengan keanehan. Mandi di kamar mandi masyarakat sekitar dengan air laut yang tak jernih, alhamdulillahhh seluruh tubuhku bisa diajak negoisasi. Berkumpul diruang yang dipinjami pihak desa untuk kami tempati selama beberapa hari kedepan, aku merenung. Kenapa orang-orang ini menyetujui keberangtan H-1 Hari Raya, apakah mereka tidak ingin merajut kisah di Hari Raya dengan keluarga besar? Aku terheran-heran.
Hari Raya yang dilalui dengan duduk manis, melingkar sambil beradu kata-kata yang mungkin lucu. Entahlah, biasanya makanan terhidang sangat banyak. Hari itu, aku tak bisa menceritakannya.
Pantai Ujung Pandaran, Kalimantan Tengah |
Orang asing, tempat asing, keadaan asing, ini yang kamu inginkan?
Menjelang siang kami pergi ke kantor kepala desa, dengan maksud menyampaikan tujuan kedatangan kami. Perkenalan singkat, lalu setelah modus-modus para lelaki, kami bisa menempati kantor kades selama melakukan Ekspedisi di Desa Ujung Pandaran. Selain itu, kami juga dipinjami pick up untuk memindahkan barang-barang.
Tiba-tiba perutku sakit sekali, hal ini jarang terjadi dan aku tau itu bukan karena lagi menstruasi. Aku sudah berkhayal ini pasti karena kurang minum dan kurang buah selama seminggu kebelakang. Aku mulai lebay dan minta obat penghilang sakit. Karena memang sakit sekali. Usut punya usut, setelah makan mie sakitnya hilang. Ternyata sakit tadi adalah bentuk terparah dari telat makan. Haha.
Hari-hari berlalu cepat, singkat.
Sesekali aku kagum kepada semuanya. Setiap orang dari kelompok ini. Kenyataan yang pahit, sejak awal bahwa bersama mereka aku tidak bisa merasa muda.
Drama dalam kelompok pasti ada, tapi aku tak pernah peduli.
Sesekali aku mendapati hal yang lucu.
Sangat lucu dengan orang yang tak kalah lucu.
Beberapa kali aku mendapati sepasang mata yang mengekor.
Jauh sebelum perjalanan dimulai, hanya saja aku tak akan peduli.
Banyak hal baru yang aku pelajari, bertemu dengan belasan orang dengan perbedaan. Aku bersyukur bertemu dengan semuanya. Terbentur dengan keadaan dan waktu yang ajaib. Aku tak ingin mengulanginya, karena beberapa hari itu. Walau singkat, seperti itulah seharusnya. Itu sudah sempurna, dengan beberapa hal yang aku bawa pulang.
Akhirnya aku harus pulang, di Sore yang kuharap tak pernah datang. Aku sedih harus meninggalkan, karena aku biasanya ditinggalkan. (WKWKWK)
Perjalanan menutup senja di dalam Avanza. Menebas rimbunnya sawit. Entahlah apa yang dituju. Di Pulau dengan bahasa yang beda, seorang diri menuju kosan teman yang baru dikenal seminggu lalu. Ajaib hidup ini.
Aku enggan terpejam.
Lalu, aku enggan menatap.
Delay pesawat menuju Jakarta ditambah delay lagi di Soetta, dari jadwal, bada magrib sudah di SMB jam 10 baru sampe. Alhamdulillah...
Padahal aku ingin mengelilingi Kuala Kapuas tempat adikku lahir, berziarah ke makan Kak Shan. Padahal, aku ingin mengenang Kalimantan dengan banyak objek. Mungkin nanti... Perjalanan kali itu sudah sempurna.
Btw, ini perjalanan aku saat ikut ENJ 2017. Untuk cerita Ekspedisinya mungkin bentar lagi aku post. Ini curhatan doang, sebenernya aku mau pointin ke sore menuju malem saat pulang ke Palangkaraya sendirian. Tapi, ternyata perasaan saat itu tidak bisa dideskripsikan. Ambigu.
Comments
Post a Comment