Skip to main content

Pulang dan Rindu

Apakah rindu bagian dari kebahagiaan?
Mungkinkah bukti dari rasa syukur?
Rasanya, mahal sekali.
Setiap rindu yang datang selalu mampu mencekam bagian tebaik, yang meninggalkan kesan indah. Dari keseluruhannya tak akan satu detik pun terulang.
Ini rindu. Bukan rindu kekanakan.
Rindu yang berawal dari perasaan yang aneh, perasaan yang menghilangkan nafsu makan. Rindu yang membuat diri tak ingin sendiri. Rindu yang berawal dengan kesedihan yang sulit dideskripsikan.
Waktu selalu mampu menyediakan ribuan hal indah, lalu perlahan merenggutnya atas nama "ini bagian dari kehidupan". You have to moving forward. You need to grow up.
Ketika pulang, bukanlah pulang. Karena perlahan kusadari sepotong demi sepotong hatiku tak pernah ikut pulang. Potongan itu bersemayam dengan cantik bersama kenangan yang tertinggal.
Lalu, mampukah untuk menjadi kuat dengan potongan yang tertinggal?
Rum, kenapa harus menjadi begitu sensitif? Kenapa terlalu mudah? Rum, kenapa perasaanmu terlalu kau campurkan dengan hal-hal yang sudah pasti di dunia ini?
Pulang pertamaku.
Rindu ketigaku.
Rindu pertama, rindu anak kecil akan kunjungan kakek yang selalu hangat penuh kasih.
Rindu kedua, rindu seluruh waktu untuk wanita yang telah menjadi bagian dari setiap kebaikan diri.
Lalu.
Rindu ketiga, rindu anak yang seketika menemukan keluarga yang jauh dari rumah. Di desa jauh dari kemacetan.
Hidup terasa berarti dengan kerinduan.
Hidup terasa bermakna dengan potongan-potongan hati yang tertinggal.

Harumi.
16/9/10
Saba Indah, Palembang.
Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments