Skip to main content

Refleksi dan Resolusi

iniharumi.com


Aku kira seperti itulah akhirnya, aku harus berdamai dengan rasa ingin yang mengusik. Keresahan yang dibumbui rasa pantas. Sepertinya aku layak untuk ini, seharusnya aku bisa mendapatkan itu. Bergelut dengan isi kepalaku, menakar semua kerja. Pada detik terakhir ku coba fasilitasi diri, untuk mendobrak segala rasa sungkan, sekadar ingin tahu di mana ujungnya.

 

Mulailah sebuah percakapan, yang memang diperlukan, untuk sama-sama kembali mengingat tujuan dari semua ini. Merasa pantas memang tak salah, seyogyanya rasa itu akan tumbuh menjalar. Tapi, butuh ketenangan untuk memutuskan langkah-langkah yang akan dimabil selanjutnya.

 

Apakah aku masih begitu muda? Untuk terus bergejolak menginginkan banyak hal. Tidak, aku ganti pertanyaannya. Apakah yang aku inginkan terlalu banyak? Apakah aku menginginkan hal yang tak aku butuhkan? Bahkan sesuatu yang belum pantas.

 

Di penghujung tahun yang tak mudah, mungkin bagi banyak orang. Seperti yang selalu kuimani, bahwa duka lara bahkan kesengsaraan tidaklah istimewa, setiap orang mengalaminya, dengan ekspresinya masing-masing. Aku sendiri mengalami gejolak yang tak mudah untuk aku ikuti dengan penuh kesadaran. Gejolak yang membawaku pada kerisauan terhadap beberapa hal.

 

Lanjut kerja di mana ya? Lamar kerjaan di tempat lain ga ya? Apakah sudah oke di bidang ini, atau mau kembali ke isu Pendidikan dan Anak, ya?


Apakah tidak bekerja akan cukup menyenangkan ya?


Kapan nikah ya? Dengan siapa? Bisa bahagia dan membagun keluarga ideal serta impian ga ya..


Apakah masih bisa tetap produktif hingga bermanfaat jika nanti ku putuskan untuk menjadi Mba Rumah Tangga hingga Ibu Rumah Tangga?


Kapan keinginan jalan-jalan ke luar negeri dengan bebas dan percaya diri bisa terwujud ya? Siapa partner travel yang cukup menyenangkan untuk aku ajak pergi?


Mau kuliah lagi, jurusan apa ya? Apakah keinginan kuliah ini sungguh-sungguh? Apakah keinginan belajar ini benar adanya? Apakah aku cukup mampu membayar mimpi ini, disaat ada kesempatan“kuliah”dengan jalur mudah?


Apakah aku sudah cukup baik dan bermanfaat untuk sekitarku?

 

Hal-hal yang mungkin tidak terlalu dipikirkan, namun ada dan nyata aku inginkan. Ternyata, dibalik pengakuanku yang siap menjadi biasa saja dan tak terlihat, secara tidak sadar aku telah menjelma menjadi sosok yang diperhatikan, dipertanyakan, bisa jadi diperhitungkan. Namun, bagiku tetap, menjadi bermakna jauh lebih penting dari pusat sorot.

 

Mendengar, menyaksikan, serta mendampingi banyak  orang dan berbagai macam proses menjadi begitu asik juga riskan. Aku terpaksa menjaga banyak hal, rahasia-rahasia kecil, hingga keputusan penting. Silih berganti wajah-wajah itu hadir, sekadar mencari informasi hingga memastikan banyak isu. Ya, sesekali aku keliru, bahkan melakukan kesalahan.

 

Aku meyakini, jalan ini pasti berbuah manis, walaupun misuhnya tak habis-habis. Tak sanggup ku pendam, dan tak akan sanggup aku bermanis-manis. Yang penting tak ada dendam kan? Tekanan, perlakuan tak menyenangkan yang kuterima tak pernah sungkan ku hamburkan pada pendengar setiaku. Sesekali aku menangis.


Pada satu pintu yang tak berhasil aku dobrak, tenyata tanpa sadar telah membukakan pintu lainnya. Tak terduga dan bisa dengan bangga aku sambut. Pintu yang telah dan akan selalu memberikan kesempatan hebat, walaupun jalannya tak akan mudah. Pintu yang membuatku sadar, bahwa keberanian telah membawaku pada kejernihan berpikir, bahkan memperjelas semua kerisauan. Pintu yang bersih.

 

Memasuki pintu ini tidak akan mudah, tapi berpikiran kerdil bukanlah pilihan. Seperti selama ini, dengan kekuatan bulan, matahari, dan air laut, akan kutaklukan semuanya!

 

Teruntuk kamu, yang sudah menjadi penerang dari segala gelap. Terima kasih sudah ada! Semoga kamu selalu mampu menyambut hangat impian dan kerisauanku. Untuk semuanya yang sudah baca, terima kasih. Mari berkarya dan bermanfaat.

 

Motto 2024: Tetap tenang dan kuasai keadaan.

Goals: Menaklukan dunia.

Sumber daya: Bulan, Matahari, dan Air Laut.

 

See ya!

Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments